Review Review Mobil

Review Toyota Sienta Q Indonesia

Toyota Sienta bisa dibilang merupakan high-end entry level MPV, karena walaupun ukurannya tergolong kompak ditambah lagi mesinnya sama dengan Avanza, Toyota Sienta memiliki fitur-fitur yang setara dengan kelas MPV di atasnya

Toyota Sienta bisa dibilang merupakan high-end entry level MPV, karena walaupun ukurannya tergolong kompak ditambah lagi mesinnya sama dengan Avanza, Toyota Sienta memiliki fitur-fitur yang setara dengan kelas MPV di atasnya. Tentunya fitur terlengkap ada di Sienta Q yang merupakan trim tertinggi.

Jadi seperti apa Toyota Sienta Q itu sebenarnya? Mari baca terus.

Desain

Sienta memiliki desain yang boleh dibilang kontroversial untuk selera orang Indonesia. Di sisi kanan dan kiri mukanya terdapat tarikan plastik hitam dari headlamp hingga foglamp di bawah. Bentuknya melengkung seperti cambang lelaki, tentunya bukan selera semua orang.

Tidak berhenti sampai di situ, desain serupa juga diterapkan di bagian belakang, bahkan tarikan plastik hitamnya lebih panjang lagi sehingga lampu belakang seolah-olah terhubung dengan bumper dan mata kucing di bawah.

Sienta didesain dengan dominasi body melengkung di sana-sini. Sehingga sepintas mobil ini terkesan feminin. Namun khusus untuk tipe Q Toyota mengubah desain grill dengan krom lebih banyak, ditambah penyematan spoiler depan-belakang, dan side skirt di sisi kanan-kiri mobil sehingga terlihat sporty. Menurut saya perubahan ini membuat tampilan Sienta Q jauh lebih ganteng dan tidak nanggung seperti halnya tipe-tipe di bawahnya.

Saya suka dengan tambahan krom di grill dan spoiler di depan dan belakang mobil ini, tidak overchrome dan menyatu dengan bahasa desain Sienta. Namun saya kurang suka dengan side skirt yang terkesan ala kadarnya saja.

Kabarnya, Grill depan dan body kit tambahan pada Sienta Q ini didesain oleh tim putra-putri Indonesia. Mungkin itu yang bikin saya suka, ada cita rasa lokalnya. Pun demikian, saya merasa secara fundamental desain Sienta ini masih terlalu aneh untuk sebuah mobil yang diharapkan menjadi mainstream di Indonesia dan akan selalu mengundang cacian dari para haters Toyota.

Kenyamanan

Kekedapan kabin Toyota Sienta Q juga cukup baik. Walaupun pintu mobil terasa agak kopong kalau diketok-ketok, namun karet-karet yang melingkari pintu dan jendela sangat rapat meredam suara-suara dari luar. Memang suara ban mulai masuk jika kita melaju pada kecepatan di atas 60 km/jam. Apalagi ban yang dipasang oleh Toyota adalah bridgestone jenis ecopia, tentunya hal ini memberi andil pada kebisingan kabin di kecepatan tinggi.

Suspensi dapat menjadi poin utama yang bisa dijual dari Sienta. Nyaman sekali! tidak terlalu empuk, tapi tidak membuat isi perut terguncang ketika melibas polisi tidur. Menurut saya, setelan suspensinya sangat pas untuk mobil keluarga.

Untungnya tidak ada bunyi-bunyian aneh dari suspensi ketika melintasi jalan jelek dengan kecepatan cukup tinggi. Melibas jalan bergelombang atau polisi tidur, ayunan suspensi menurut saya terasa pas. Terasa firm namun tidak sampai membuat perut terguncang. Mungkin mobil ini termasuk yang paling baik settingan suspensinya di kelas 1500cc. Sayangnya, saya belum test drive Mitsubishi Xpander, jika nanti ada kesempatan, maka hal pertama yang akan segera saya bandingkan dengan Toyota Sienta adalah kenyamanan suspensinya.

Posisi mengemudi

Kenyamanan Toyota Sienta sayangnya sedikit terganggu dengan sulitnya menemukan posisi mengemudi yang pas. Kita bisa mengatur tinggi-rendah dan maju-mundur kursi pengemudi secara manual. Lingkar kemudi sudah dilengkapi dengan tilt-steering namun belum bisa diatur maju-mundur (teleskopik). Hal ini menyebabkan ketika posisi kaki sudah pas, tapi lingkar setir terlalu jauh. Sebaliknya jika jarak setir sudah pas, posisi pedal gas dan rem terasa terlalu dekat.

Untuk saya pribadi, posisi mengemudi paling pas didapatkan jika kursi diatur paling rendah karena dapat memberikan efek nyetir serasa sedan. Namun trade-off nya kepala serasa tenggelam di antara dashboard dan pintu, sehingga daya pandang ke luar menjadi terbatas.

Kelegaan kursi baris kedua dan ketiga

Sudah barang tentu bagi warga Indonesia, MPV itu harus lega baris kedua dan ketiganya. Di Toyota Sienta, baris kedua cukup luas dan bisa dimaju-mundurkan. Selain itu sandaran jok juga bisa direbahkan jauh ke belakang, sehingga penumpang baris kedua bisa duduk cukup rileks. Bagi saya dengan tinggi badan 170 cm, ruang kaki dan kepala lega. Cukup mengejutkan karena dari luar, dimensi Sienta terkesan kecil.

Namun demikian, jika anda mengharapkan kursi baris kedua memiliki konfigurasi captain seat, maka bersiaplah untuk kecewa, karena hanya ada konfigurasi bench seat saja di sini, standar. Lebih lagi pada baris kedua tidak dijumpai arm rest, belum cukup sampai di situ, pada pintu juga tidak ada tonjolan untuk sandaran tangan. Jadi tangan kita tidak punya tempat sama sekali untuk melabuhkan diri.

Legroom di baris ketiga tergolong sempit, tapi masih manusiawi. Jika ada penumpang di baris ketiga, sebaiknya jok baris kedua dimajukan mentok agar penumpang dengan tinggi 160cm ke atas dapat duduk cukup nyaman walaupun dengkul sudah menempel jok di depannya. Seandainya diposisikan paling maju pun ruang kaki baris kedua masih cukup lega kok, seharusnya tidak menimbulkan prahara antar penumpang.

Fitur Keselamatan

Nah, jika anda ingin meminang Toyota Sienta langsung saja ambil trim Q karena fitur keselamatannya sangat lengkap di kelasnya. Mulai dari Jok ISOFIX, 3 airbags, ABS, EBD, BA, VSC, HSA semua ada. Semua tujuh penumpang mendapatkan seatbelt. Hingga rem di belakang sudah menggunakan tipe cakram.

Berdasarkan uji tabrak yang dilakukan ASEAN NCAP, Toyota Sienta meraih lima bintang untuk perlindungan terhadap penumpang dewasa dan empat bintang untuk penumpang balita. Cukup menentramkan hati penggunanya ya.

Untuk MPV di bawah 300 juta, kurang apalagi?

Konsumsi Bensin

Konsumsi BBM setelah mengendarai mobil sejauh 2000km, dengan kecepatan rata-rata 19km/jam, menghasilkan angka 10,6km per liter. Dari kecepatan rata-rata yang tersebut mungkin pembaca dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar rute yang saya lalui adalah jalur macet ibukota.

Dengan kubikasi mesin 1500cc, angka 10,6 km/liter menurut saya biasa saja. Masuk kategori irit memang, tapi kompetitornya juga mampu menghasilkan angka di kisaran 10-11 km/liter.

Performa mesin

Bicara akselerasi, memang Sienta bukan yang terkencang di kelasnya. Transmisi CVT nya memberikan rasa rubber-band yang kentara sekali. Ditambah setelan ECU yang saya rasakan terlalu mengejar konsumsi BBM yang ekonomis sehingga membuat putaran mesin seperti malas beranjak. Baru jika sudah melewati 3000 rpm mesin seperti berubah jiwa, terasa responsif.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan Honda Freed, akselerasi Toyota Sienta masih lebih baik.

Ketika dibawa melewati jalanan menanjak melalui rute Lembang ke Subang via Tangkuban Perahu, Sienta dapat melewati tanjakan dengan mulus padahal diisi enam orang penumpang dewasa. Memang mesin sedikit dipaksa dan meraung-raung karena transmisi CVT mencari-cari putaran mesin yang paling tepat. Tapi masih terasa pede kok selama medan masih berupa jalanan aspal.

Build quality

Material plastik mendominasi interior dashboard dan doortrim Sienta. Sayang, plastik yang digunakan terasa tipis sehingga mudah melengkung jika ditekan-tekan. Bumper depan dan belakang juga terbuat dari plastik yang terkesan ringkih.

Namun jika mengingat uji tabrak yang menghasilkan skor lima bintang, bisa dibilang penggunaan material plastik di body mobil tidak berpengaruh terhadap perlindungan penumpang.

Verdict

Mesin halus, konfigurasi kursi yang sangat fleksibel, kemampuan menampung tujuh penumpang, dimensi mobil yang kompak, fitur keselamatan lengkap, dan kenyamanan suspensi yang jempolan menjadikan Toyota Sienta sebagai solusi bagi keluarga Indonesia yang menginginkan kenyamanan dan kepraktisan MPV sliding door, dengan harga yang terjangkau.

Namun demikian, mobil ini juga mempunyai kekurangan yaitu konsumsi bensin yang tidak istimewa, mesin terlalu kalem, dan tidak adanya arm rest di baris kedua.

Jangan lupa, Sienta merupakan keluarga dari Toyota yang juga diproduksi sepenuhnya di Karawang, Indonesia, sehingga tidak perlu diragukan lagi layanan aftersalesnya. Minimal bengkel dan sparepart ada di mana-mana.

Bagaimana menurut Anda?

avatar Tidak diketahui

Tentang bobbysatri

Ketika kuliah hobinya nyetir mobil dan motor, sekarang cukup KRL saja. Naik mobil dan motor hanya untuk keperluan rekreasi. Sekarang kalau sedang tidak bekerja mencari sesuap nasi buat anak istri, Bobby gemar sekali ngutak-atik ROM hape androidnya

0 comments on “Review Toyota Sienta Q Indonesia

Tinggalkan komentar